Sabtu, 18 Januari 2014

3x (Tiga Kali)

Cerpen
by. Dewi Islamiyanti



Cuaca siang itu sangat panas. Matahari bersinar sangat terik, menyinari sekolah yang sunyi sepi. Seluruh siswa berada didalam kelasnya masing-masing untuk mengikuti pelajaran. Kecuali, kelas XII IPA 1 yang merupakan kelas Mia. Mia hanya duduk termenung di depan kelasnya sambil memandangi sekeliling sekolah dengan fikiran yang melayang entah kemana.
Tiba-tiba Keysah datang menepuk pundak Mia sehingga Mia terkejut “astaga Key” sambil mengusap-usap dadanya karena kaget.
“Ups, sorry Mi sambil nyengir. Lagian ngapain disini?”
“Nggak ada. Cuma duduk aja. Bosen dalam kelas mulu”
“ih, bohong banget sih. Kamu ngelamun yah? Buktinya kamu terkejut?”
“ah nggak kok”
“jujur aja lagi. Kita kan udah kenal lama, udah sahabatan, jadi aku tuh tahu persis tentang kamu. Kamu nggak bisa bohongin aku. Kamu mikirin dia lagi kan?”
“maksud kamu? Beneran aku tuh cuman mikirin tugas. Aku udah nggak mikirin dia lagi. Please deh, I don’t care with He. Udah deh aku nggak mau lagi dengar namanya dan ingat jangan pernah sebut namanya lagi, aku benci banget sama dia, benci, BENCIII…. Bentak Mia sambil pergi meninggalkan Keysah.
“tapi Mi, sorry. Mia, Mia...”
            Dia terus berlari menuju pohon disamping kelas tanpa menghiraukan panggilan Keysah. Dia pun duduk dibawah pohon dan tanpa ia sadari, dua buah air bening jatuh dari matanya membasahi pipi. Dia pun menangis teringat sesuatu yang membuatnya sangat sedih.
            Waktu itu, Ia jatuh cinta pada seseorang. Tapi Dia lebih memilih memendam perasaannya selama setahun. Hingga pada akhirnya, ia tak sanggup lagi memendam perasaanya itu yang semakin dalam. Sampai pada suatu ketika, Mia pun menceritakan tentang orang yang disukainya kepada Keysah. Semenjak itulah Ia merasa senang dan lega karena dapat mencurahkan isi hatinya kepada orang yang siap mendengarkannya.
            Keysah yang saat itu sering jalan bareng Rahel dan Nafa, keceplosan menceritakan tentang Mia kepada Rahel dan Nafa. Rahel yang tahu akan hal itu tersentak kaget mendengar pengakuan Keysah tentang Mia. Dan sontak memanggil “Mia!” Keysah yang saat itu panik dan takut jikalau Rahel ceplos mengatakan kepada Mia apa yang ceritakannya, segera beranjak dari tempat duduknya dan menepuk pundak Rahel.
“iya, ada apa hel? Jawab Mia.
“bias pinjam bukunya nggak?” balas Rahel
“oh iya tentu saja. Ini”
Keysah pun menarik nafas panjang dan segera menghembuskannya sambil mengusap dadanya. Dan sejak saat itulah sahabat-sahabatnya pun tahu apa yang selama ini membuatnya sering gelisah.
            Seiring bergulirnya waktu, tiba-tiba Annga yang merupakan orang yang disukainya mngirimkannya pesan.  Mia pun sangat senang dan memberitahu kabar gembira ini kepada sahabat-sahabatnya. Mendengar hal itu, sahabatnya pun ikut senang. “Cie cie, congrats ya Mi” kata Rahel. “iya Hel. Sumpah demi apa yah, senang banget tau nggak sih” balas Mia. “hm, kayaknya nggak akan lama lagi ada yang jadian nih!” kata rahel dengan nada yang mengejek. “ih, apaan sih? Nggak mungkinlah” balas Mia. “aduh Mi, apa sih yang nggak mungkin? Iya nggak semua? Sambung Dimas. “setuju” balas Rahel dan Nafa.
            Mia tak berkata apa-apa lagi. Dia hanya tersipu malu dan senyum-senyum sendiri mendengar apa yang dikatakan sahabatnya itu. Didalam hati ia sangat berharap apa yang dikatakan sahabatnya itu segera terwujud.
            Setelah seminggu berkomunikasi dengan Angga, apa yang dikatakan oleh sahabatnya memang terbukti. Tepat sabtu siang, Angga mendatangi Mia yang saat itu sedang duduk dibawah sebuah pohon sambil mendengarkan musik dan menikmati suasana yang indah ditemani dengan sejuknya angin yang bertiup sepoi-sepoi.
“Hey, Mi! boleh duduk nggak?” kata Angga. Mia pun menoleh ke sampingnya dan terus memandangi mata Angga lalu berkata dengan terbata-bata “oh, i..iya. silahkan duduk” jawab Mia. “oh ya Mi, sebelumnya aku  kesini pengen ketemu sama kamu. Aku mau,,,” perkataan Annga terputus “mau apa Ga? Kok ragu-ragu? Kalau mau bicara, bicara aja lagi. Nggak apa-apa kok” kata Mia. “aku, aku Cuma mau ngasih ini Mi” sambil memberikan kotak yang berwarna pink di hiasi pita biru kepada Mia. “untuk apa?” jawab Mia “begini Mi, sebenarnya Aku, Aku. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”
            Mia tersentak kaget mendengar penuturan Angga. Dia tak bias berkata apa-apa. Dia hanya terdiam sesaat. Dia sangat bahagia mendengar penuturan Angga tapi dia juga masih tidak percaya Angga mengatakan itu padanya. “Mi, gimana? Kamu mau kan? Tanya Angga. Mia pun tersentak dan mengatakan “hm, gimana ya Ga? Aku masih nggak percaya dengan semua ini?” jawab Mia. “Mi, ak   u serius sama kamu. Aku beneran suka sama kamu. Please kasih aku kesempatan”.
“baikalah” jawab Mia. “jadi, itu artinya kamu mau nerima aku? Dan sekarang kita jadian?” balas Angga. “i.. iya..” sambung Mia
            Awalnya, semua berjalan baik dan penuh kebahagiaan karena canda tawa menghiasi bibir dan wajah keduanya. Namun semua itu tidak berlangsung lama. Tepat sebulan, hubungan mereka harus berakhir. Ini semua karena sebuah konflik yang dimulai oleh Angga. Dan sejak itulah Mia merasa sedih dan kecewa. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya duduk menyendiri di bawah pohon dengan wajah yang murung.
            Tanpa terasa bel berbunyi. Waktu pulang sekolah pun tiba. Mia segera beranjak dari tempat duduknya melangkah menujun kelas. Di depan kelas sahabat-sahabatnya menghampiri dan menariknya masuk dan membiarkannya duduk di bangku. Rahel, Nafa, Dimas dan Keysah pun segera mengajukan pertanyaan “Mi, sebenarnya kamu kenapa sih? Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu?”
“Aku nggak apa-apa. Kalian nggak usah khawatirin aku. Aku baik-baik aja”
“tapi, mata kamu merah banget? Coba deh cerita sama kami apa yang terjadi. Kita ini bersahabat, kami tahu apa yang kamu rasain, kami tahu kalau kamu kecewa dengan dia. Tapi please jangan seperti ini. Tolong jangan siksa diri kamu seperti ini. Kalau ada masalah, cerita dong Mi” kata Rahel
“tapi, aku beneran nggak apa-apa. Aku nggak ada masalah sama sekali. Serius deh” jawab Mia dengan menunduk menutupi wajahnya yang berlinang dengan air mata.
“BOHONG. Aku tahu, kamu masih mikirin Angga kan? Udah deh, lupain dia. Dia tuh hanya cowok brengsek, nggak punya perasaan. Untuk apa sih kamu mikirin dia, perduli sama dia? ha ” bentak Rahel
Mia hanya terdiam dan terus menunduk menangis. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Pesan masuk dari mamanya yang memintanya segera pulang. Dia pun beranjak dari bangkunya dan hendak pulang. Tapi sahabatnya menahannya “jangan pulang dulu Mi” kata keysah. “iya, jangan pulang dulu. Hapus air mata kamu” tambah Dimas. “Maaf Mi. aku nggak bermaksud marahin kamu. Tapi, kami Cuma mau liat kamu senang lagi. Ini tuh bukan Mia yang dulu kami kenal. Please, lupain Dia dan dengerin kami” kata Rahel.
            Akhirnya Mia pun menghapus air matanya dan mengambil tas nya untuk segera pulang ke rumah.
***
            Hari-hari dijalaninya dengan penuh perasaan yang tidak menentu. Dia merasa sedih setiapkali melihat Angga. Namun, dibalik kesedihannya, ia tetap tersenyum juga karena ada sahabat-sahabat yang salalu menghiburnya.
            Siang itu, sepulang sekolah mereka berkumpul di rumah Keysah untuk mengerjakan tugas bareng. Sampai disana mereka sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Tapi tidak dengan Mia. Dia hanya duduk terdiam memandangi sahabatnya. Rahel yang saat itu tanpa sengaja berbalik ke arahnya, melihatnya terdiam dengan wajah yang murung.
            Tiba-tiba Rahel menyadarkan Mia dari lamunannya. Di ikuti tingkah konyol Dimas, Nafa dan Keysah  yang sontak membuat Mia kaget dan tertawa lepas. Mereka pun tertawa bersama. Tak lama, Rahel bertanya “Mi, jujur yah. Kamu masih mikirin dia kan? Udah deh Mi, ngapain sih mikirin dia? Belum tentu dia juga mikirin kamu!” “iya nih, jangan bodoh deh. Udah deh anggap aja dia udah nggak ada, hilang di telan bumi. Itukan lebih baik” sambung Dimas. “tapi, aku nggak bisa. Kalian nggak tau sih gimana rasanya.” Balas Mia. “makanya kami nanya. Kalau kamu ada masalah, cerita” balas Rahel.
            Mia hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Rahel. Seketika, suasana pun menjadi hening. Rahel bermaksud menyadarkan Mia dari kesedihannya agar Mia kembali ceria lagi dan melupakan semua tentang Angga.
            Mi, tidakkah kau ingat waktu itu? Dimana Angga menngecewakanmu? Dulu, pertama kali Angga datang kepadamu membawa sejuta harapan dan kebahagiaan. Namun, pada akhirnya dia pergi meninggalkan luka yang amat perih. Dan kau berkata waktu itu “tidak akan mengenalnya lagi”. Tapi nyatanya dia datang kembali memberikanmu harapan untuk kedua kalinya dan kamu memberinya kesempatan. Padahal akhirnya dia membuatmu semakin kecewa. Dan untuk ketiga kalinya, dia hadir kembali di kehidupanmu. Ya, kami akui kami menyetujui kalian karena kami fikir dia telah berubah. Namun, apa? Semua yang dia lakukan itu hanyalah palsu. Dan terbukti dia hanya menyia-nyiakan kesempatan yang kita berikan kepadanya.
            Mi, sudah 3 kali kamu memberinya kesempatan. Tapi apa? Tak ada perubahan. Dia malah menyia-nyiakan kepercayaan kita. Padahal kesempatan tidak datang dua kali. Harusnya kau sadar, untuk apa ka uterus begini hanya karna dia. Orang yang tak punya perasaan. Dia tidak pantas mendapatkan kasih saying yang tulus darimu.
            Dia hanya terdiam mendengar penuturan Rahel. Air matanya pun mengalir membasahi pipinya. Sahabat-sahabatnyapun ikut sedih melihatnya. Seketika suasana berubah haru.
            Dia pun beranjak dari kursi, menghapus air matanya dan berkata “Kalian memang benar. Tidak seharusnya aku seperti ini. Baiklah mulai sekarang aku akan melupakannya”. Merekapun tersenyum bahagia.
            Akhirnya Mia merasa lega. Dia merasa beban yang dipikulnya selama ini telah menghilang. Itu semua berkat sahabatnya. Kini dia mengerti arti dari sebuah persahabatan. Kesempatan tidak datang berulang-ulang. Oleh Karen itu manfaatkanlah kesempatan yang diberikan. Dan sahabat adalah keluarga kedua yang selalu bersama kita baik dalam suka dan duka, mngerti apa yang kita rasakan, memahami yang kita inginkan dan menemani setiap kesepian.

Rabu, 01 Januari 2014

(Puisi) Harapan

by.Dewi Islamiyanti

Senyum menghias bibir
Bak bunga yang mekar
Menghias nan Indah
Melukiskan kebahagiaan
Kebahagiaan dikala kita berjumpa

Matamu bagai rembulan
Menatapku begitu dalam
Memancarkan cahaya nan indah
Memberi sebuah Harapan
Harapan untuk kita bersama
Bersama merangkai sebuah kata
CINTA

Ku berharap berharap dan trus berharap
Namun, akankah harapan itu terwujud?
Akankah kita bersama?
Bersama menjalin kasih
Menyatukan dua hati
Membangun sebuah cinta
Cinta yang membahagiakan
Bersama sang pangeran impian