by. Dewi Islamiyanti
Cuaca siang itu sangat
panas. Matahari bersinar sangat terik, menyinari sekolah yang sunyi sepi.
Seluruh siswa berada didalam kelasnya masing-masing untuk mengikuti pelajaran.
Kecuali, kelas XII IPA 1 yang merupakan kelas Mia. Mia hanya duduk termenung di
depan kelasnya sambil memandangi sekeliling sekolah dengan fikiran yang
melayang entah kemana.
Tiba-tiba Keysah datang
menepuk pundak Mia sehingga Mia terkejut “astaga Key” sambil mengusap-usap
dadanya karena kaget.
“Ups, sorry Mi sambil nyengir. Lagian ngapain disini?”
“Nggak ada. Cuma duduk aja. Bosen dalam kelas mulu”
“ih, bohong banget sih. Kamu ngelamun yah? Buktinya kamu
terkejut?”
“ah nggak kok”
“jujur aja lagi. Kita kan udah kenal lama, udah
sahabatan, jadi aku tuh tahu persis tentang kamu. Kamu nggak bisa bohongin aku.
Kamu mikirin dia lagi kan?”
“maksud kamu? Beneran aku tuh cuman mikirin tugas. Aku
udah nggak mikirin dia lagi. Please deh, I don’t care with He. Udah deh aku
nggak mau lagi dengar namanya dan ingat jangan pernah sebut namanya lagi, aku
benci banget sama dia, benci, BENCIII…. Bentak Mia sambil pergi meninggalkan
Keysah.
“tapi Mi, sorry. Mia, Mia...”
Dia
terus berlari menuju pohon disamping kelas tanpa menghiraukan panggilan Keysah.
Dia pun duduk dibawah pohon dan tanpa ia sadari, dua buah air bening jatuh dari
matanya membasahi pipi. Dia pun menangis teringat sesuatu yang membuatnya
sangat sedih.
Waktu
itu, Ia jatuh cinta pada seseorang. Tapi Dia lebih memilih memendam perasaannya
selama setahun. Hingga pada akhirnya, ia tak sanggup lagi memendam perasaanya
itu yang semakin dalam. Sampai pada suatu ketika, Mia pun menceritakan tentang
orang yang disukainya kepada Keysah. Semenjak itulah Ia merasa senang dan lega
karena dapat mencurahkan isi hatinya kepada orang yang siap mendengarkannya.
Keysah
yang saat itu sering jalan bareng Rahel dan Nafa, keceplosan menceritakan
tentang Mia kepada Rahel dan Nafa. Rahel yang tahu akan hal itu tersentak kaget
mendengar pengakuan Keysah tentang Mia. Dan sontak memanggil “Mia!” Keysah yang
saat itu panik dan takut jikalau Rahel ceplos mengatakan kepada Mia apa yang
ceritakannya, segera beranjak dari tempat duduknya dan menepuk pundak Rahel.
“iya, ada apa hel? Jawab Mia.
“bias pinjam bukunya nggak?” balas Rahel
“oh iya tentu saja. Ini”
Keysah pun menarik nafas panjang dan segera
menghembuskannya sambil mengusap dadanya. Dan sejak saat itulah
sahabat-sahabatnya pun tahu apa yang selama ini membuatnya sering gelisah.
Seiring
bergulirnya waktu, tiba-tiba Annga yang merupakan orang yang disukainya
mngirimkannya pesan. Mia pun sangat
senang dan memberitahu kabar gembira ini kepada sahabat-sahabatnya. Mendengar
hal itu, sahabatnya pun ikut senang. “Cie cie, congrats ya Mi” kata Rahel. “iya
Hel. Sumpah demi apa yah, senang banget tau nggak sih” balas Mia. “hm, kayaknya
nggak akan lama lagi ada yang jadian nih!” kata rahel dengan nada yang
mengejek. “ih, apaan sih? Nggak mungkinlah” balas Mia. “aduh Mi, apa sih yang
nggak mungkin? Iya nggak semua? Sambung Dimas. “setuju” balas Rahel dan Nafa.
Mia tak
berkata apa-apa lagi. Dia hanya tersipu malu dan senyum-senyum sendiri
mendengar apa yang dikatakan sahabatnya itu. Didalam hati ia sangat berharap
apa yang dikatakan sahabatnya itu segera terwujud.
Setelah
seminggu berkomunikasi dengan Angga, apa yang dikatakan oleh sahabatnya memang
terbukti. Tepat sabtu siang, Angga mendatangi Mia yang saat itu sedang duduk
dibawah sebuah pohon sambil mendengarkan musik dan menikmati suasana yang indah
ditemani dengan sejuknya angin yang bertiup sepoi-sepoi.
“Hey, Mi! boleh duduk nggak?” kata Angga. Mia pun menoleh
ke sampingnya dan terus memandangi mata Angga lalu berkata dengan terbata-bata
“oh, i..iya. silahkan duduk” jawab Mia. “oh ya Mi, sebelumnya aku kesini pengen ketemu sama kamu. Aku mau,,,”
perkataan Annga terputus “mau apa Ga? Kok ragu-ragu? Kalau mau bicara, bicara
aja lagi. Nggak apa-apa kok” kata Mia. “aku, aku Cuma mau ngasih ini Mi” sambil
memberikan kotak yang berwarna pink di hiasi pita biru kepada Mia. “untuk apa?”
jawab Mia “begini Mi, sebenarnya Aku, Aku. Kamu mau nggak jadi pacar aku?”
Mia
tersentak kaget mendengar penuturan Angga. Dia tak bias berkata apa-apa. Dia
hanya terdiam sesaat. Dia sangat bahagia mendengar penuturan Angga tapi dia
juga masih tidak percaya Angga mengatakan itu padanya. “Mi, gimana? Kamu mau
kan? Tanya Angga. Mia pun tersentak dan mengatakan “hm, gimana ya Ga? Aku masih
nggak percaya dengan semua ini?” jawab Mia. “Mi, ak u serius sama kamu. Aku beneran suka sama kamu. Please kasih aku
kesempatan”.
“baikalah” jawab Mia. “jadi, itu artinya kamu mau nerima
aku? Dan sekarang kita jadian?” balas Angga. “i.. iya..” sambung Mia
Awalnya,
semua berjalan baik dan penuh kebahagiaan karena canda tawa menghiasi bibir dan
wajah keduanya. Namun semua itu tidak berlangsung lama. Tepat sebulan, hubungan
mereka harus berakhir. Ini semua karena sebuah konflik yang dimulai oleh Angga.
Dan sejak itulah Mia merasa sedih dan kecewa. Dia lebih banyak menghabiskan
waktunya duduk menyendiri di bawah pohon dengan wajah yang murung.
Tanpa
terasa bel berbunyi. Waktu pulang sekolah pun tiba. Mia segera beranjak dari
tempat duduknya melangkah menujun kelas. Di depan kelas sahabat-sahabatnya
menghampiri dan menariknya masuk dan membiarkannya duduk di bangku. Rahel,
Nafa, Dimas dan Keysah pun segera mengajukan pertanyaan “Mi, sebenarnya kamu
kenapa sih? Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu?”
“Aku nggak apa-apa. Kalian nggak usah khawatirin aku. Aku
baik-baik aja”
“tapi, mata kamu merah banget? Coba deh cerita sama kami
apa yang terjadi. Kita ini bersahabat, kami tahu apa yang kamu rasain, kami
tahu kalau kamu kecewa dengan dia. Tapi please jangan seperti ini. Tolong jangan
siksa diri kamu seperti ini. Kalau ada masalah, cerita dong Mi” kata Rahel
“tapi, aku beneran nggak apa-apa. Aku nggak ada masalah
sama sekali. Serius deh” jawab Mia dengan menunduk menutupi wajahnya yang
berlinang dengan air mata.
“BOHONG. Aku tahu, kamu masih mikirin Angga kan? Udah
deh, lupain dia. Dia tuh hanya cowok brengsek, nggak punya perasaan. Untuk apa
sih kamu mikirin dia, perduli sama dia? ha ” bentak Rahel
Mia hanya terdiam dan terus menunduk menangis. Tiba-tiba
ponselnya berbunyi. Pesan masuk dari mamanya yang memintanya segera pulang. Dia
pun beranjak dari bangkunya dan hendak pulang. Tapi sahabatnya menahannya
“jangan pulang dulu Mi” kata keysah. “iya, jangan pulang dulu. Hapus air mata
kamu” tambah Dimas. “Maaf Mi. aku nggak bermaksud marahin kamu. Tapi, kami Cuma
mau liat kamu senang lagi. Ini tuh bukan Mia yang dulu kami kenal. Please,
lupain Dia dan dengerin kami” kata Rahel.
Akhirnya
Mia pun menghapus air matanya dan mengambil tas nya untuk segera pulang ke
rumah.
***
Hari-hari
dijalaninya dengan penuh perasaan yang tidak menentu. Dia merasa sedih
setiapkali melihat Angga. Namun, dibalik kesedihannya, ia tetap tersenyum juga
karena ada sahabat-sahabat yang salalu menghiburnya.
Siang
itu, sepulang sekolah mereka berkumpul di rumah Keysah untuk mengerjakan tugas
bareng. Sampai disana mereka sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Tapi
tidak dengan Mia. Dia hanya duduk terdiam memandangi sahabatnya. Rahel yang
saat itu tanpa sengaja berbalik ke arahnya, melihatnya terdiam dengan wajah
yang murung.
Tiba-tiba
Rahel menyadarkan Mia dari lamunannya. Di ikuti tingkah konyol Dimas, Nafa dan
Keysah yang sontak membuat Mia kaget dan
tertawa lepas. Mereka pun tertawa bersama. Tak lama, Rahel bertanya “Mi, jujur
yah. Kamu masih mikirin dia kan? Udah deh Mi, ngapain sih mikirin dia? Belum
tentu dia juga mikirin kamu!” “iya nih, jangan bodoh deh. Udah deh anggap aja
dia udah nggak ada, hilang di telan bumi. Itukan lebih baik” sambung Dimas.
“tapi, aku nggak bisa. Kalian nggak tau sih gimana rasanya.” Balas Mia.
“makanya kami nanya. Kalau kamu ada masalah, cerita” balas Rahel.
Mia
hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Rahel. Seketika, suasana pun menjadi
hening. Rahel bermaksud menyadarkan Mia dari kesedihannya agar Mia kembali
ceria lagi dan melupakan semua tentang Angga.
Mi,
tidakkah kau ingat waktu itu? Dimana Angga menngecewakanmu? Dulu, pertama kali
Angga datang kepadamu membawa sejuta harapan dan kebahagiaan. Namun, pada
akhirnya dia pergi meninggalkan luka yang amat perih. Dan kau berkata waktu itu
“tidak akan mengenalnya lagi”. Tapi nyatanya dia datang kembali memberikanmu
harapan untuk kedua kalinya dan kamu memberinya kesempatan. Padahal akhirnya
dia membuatmu semakin kecewa. Dan untuk ketiga kalinya, dia hadir kembali di
kehidupanmu. Ya, kami akui kami menyetujui kalian karena kami fikir dia telah
berubah. Namun, apa? Semua yang dia lakukan itu hanyalah palsu. Dan terbukti
dia hanya menyia-nyiakan kesempatan yang kita berikan kepadanya.
Mi,
sudah 3 kali kamu memberinya kesempatan. Tapi apa? Tak ada perubahan. Dia malah
menyia-nyiakan kepercayaan kita. Padahal kesempatan tidak datang dua kali.
Harusnya kau sadar, untuk apa ka uterus begini hanya karna dia. Orang yang tak
punya perasaan. Dia tidak pantas mendapatkan kasih saying yang tulus darimu.
Dia
hanya terdiam mendengar penuturan Rahel. Air matanya pun mengalir membasahi
pipinya. Sahabat-sahabatnyapun ikut sedih melihatnya. Seketika suasana berubah
haru.
Dia pun
beranjak dari kursi, menghapus air matanya dan berkata “Kalian memang benar.
Tidak seharusnya aku seperti ini. Baiklah mulai sekarang aku akan
melupakannya”. Merekapun tersenyum bahagia.
Akhirnya
Mia merasa lega. Dia merasa beban yang dipikulnya selama ini telah menghilang.
Itu semua berkat sahabatnya. Kini dia mengerti arti dari sebuah persahabatan.
Kesempatan tidak datang berulang-ulang. Oleh Karen itu manfaatkanlah kesempatan
yang diberikan. Dan sahabat adalah keluarga kedua yang selalu bersama kita baik
dalam suka dan duka, mngerti apa yang kita rasakan, memahami yang kita inginkan
dan menemani setiap kesepian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar